Senin, 05 Mei 2008

Buletin Penyejuk Hati Edisi 15

Rabi’ Ats-Tsani 1429 H
Mei 2008 M


Buletin
PENYEJUK HATI
MENUJU SUNAH RASUL

SALAM REDAKSI


Assalamu’alaikum Wr.Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmatnya sehingga edisi ke15 ini dapat diterbitkan. Solawat salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Edisi 14 sebelumnya kami sadari penuh dengan kekurangan diantaranya kesalahan pengetikan seperti alamat Blog kami, Headline Nama Al-Habib Ali bin Alwi yang seharusnya Al-Habib Ali bin Muhammad. Itulah yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf sebesar-besarnya dan kami berterimakasih banyak atas perhatian, kerjasama, kritik, saran, & pertanyaan yang semakin menambah baiknya buletin ini. Jazakumullah khairan katsiran. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

TIM REDAKSI
Pembina: Habib Soleh bin Ali Alatas
Pemimpin Redaksi: Alyan Fatwa
Editor: Ustadz Muslih
Redaktur: > Khanan > Zia Ul Haq > Heri K > Azis Salato > A. Faiq H. > Soleh
=| CONTACT PERSON |=
 Email mt_nurulhidayah@yahoo.com
 Blog www.majelistalimnurulhidayah.blogspot.com
 Milis www.yahoogroups.com/mt_nurulhidayah
 Telepon/ HP 0283-445179 / 081519858987


Fikrah: Keturunan Rasulullah

Ahlul Bait dan Dzuriyat Nabi Muhammad SAW
Ahlul Bait (keluarga) yang termasuk di dalamnya dzuriyat (keturunan) Nabi Muhammad SAW sebagaimana disabdakan oleh Nabi sendiri, merupakan jalan keselamatan bagi Umat Nabi Muhammad SAW. “Sesungguhnya Allah ingin menghilangkan segala noda dan kotoran dari kalian para Ahlul Bait, serta mensucikan kalian dengan sesuci-sucinya”. Rasulullah SAW bersabda, “Aku tinggalkan bagi kalian dua hal selama kalian berpegang teguh terhadap keduanya maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Pertama adalah Al-Qur’an dan kedua adalah keturunanku Ahlul Baitku. Sesungguhnya keduanya tak akan terpisahkan selamanya hingga mereka datang kepadaku di telagaku”
Maka, di zaman yang penuh dengan pemikiran beragam, aliran berbeda-beda, bid’ah sayyi’ah, kemunkaran, bahkan sampai dengan menjangkau akidah yang berbeda seperti kemunculan Nabi-nabi palsu yang kian arak diperbincangkan kala ini, maka Rasulullah sudah membimbing umatnya agar berpegang kepada AlQuran dan Ahlul bait yang tak akan terpisah selamanya dari AlQuran.

Sebagaimana datuk mereka, Nabi Muhammad SAW yang bertahajjud sehingga kakinya membengkak sangking asyiknya membaca AlQuran saat itu. Imam Ali bin Abi Thalib ditanya: “Apakah Ahlul Bait diistimewakan dengan sesuatu yang tidak kami miliki?” Maka Beliau ra menjawab: “Tidak, akan tetapi kami hanya memiliki pemahaman lebih dalam tentang AlQuran yang diberikan Allah kepada salah seorang dari kami” Justru pemahaman tersebut adalah keistimewaan terbesar bagi Ahlul Bait.
Ahlul Kisa yakni Rasulullah, Sayyidatuna Fatimah, Imam Ali bin Abi Thalib, Imam Hasan & Husein, mereka hidup seiring AlQuran dan tak pernah menyimpang sedikitpun juga. Hal itu berlanjut pula pada keturunan mereka, Assajjad Imam Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Setiap malam sebanyak 1000 rokaat ia bertahajud sembari syahdu membaca alquran hingga kita akan malu jika melihat beliau yang memiliki bekas guratan air mata yang bergaris kehitaman dibawah matanya akibat beliau yang selalu menangis dalam beribadat kepada Allah di setiap malam. Oleh karena itulah ia bergelar Zainal Abidin (Ahli Ibadah yang paling mulia). Rasulullah SAW bersabda kepada Jabir bin Abdullah: “Wahai Jabir, Kelak anakku ini (Al Husein) akan memperoleh seorang putra bernama Ali, jik tiba hari kiamat, akan terdengar panggilan berbunyi: “Hendaknya berdiri pemimpin dari sekalian ahli ibadat!” maka niscaya dia inilah yang akan berdiri. Dan ia (Ali) akan melahirkan seorang putra bernama Muhammad yang akan memenuhi dunia dengan Ilmunya. Apabila engkau berjumpa dengannya, maka sampaikanlah salamku kepadanya!”. Maka, seiring waktu berjalan Jabir ra. diberikan umur panjang oleh Allah SWT hingga akhirnya ia bertemu seorang anak bernama Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, maka ia pun memeluknya dan menyampaikan salam Rasulullah kepada anak tersebut. Beberapa hari setelah tu, Jabir bin Abdullah meninggal dunia.
Beberapa pihak sejarah mengingkari keberadaan keturunan Rasulullah selanjutnya setelah terjadinya pembunuhan keluarga Imam Hasan dan Husein di Karbala saat pemerintahan Yazid bin Muawiyah, yaitu mulai dari Imam Ali Zainal Abidin hingga keturunan-keturunannya yang sekarang yaitu yang lebih sering kita kenal dengan gelar Habib atau Sayyid. Maka, disampaikan oleh Habib Ahmad bin Jindan dalam sebuah kesempatan di Majelis Ta’lim Pondok Pesantren Al-Fakhriyah, “Tidak usah jauh-jauh, dalam surah Al-Kautsar (selain AlKautsar itu berarti Telaga milik Rasulullah, bisa juga ditafsirkan sebagai nikmat berupa keturunan dan kedua tafsir itu adalah benar), Allah sendiri sudah mengisyaratkan bahwa orang-orang yang mengingkari keberadaan keturunan Rasulullah SAW hingga Yaumil Akhir maka merekalah yang disebut sebagai Al-Abtar (Yang tidak memiliki keturunan)”. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang yang bersikap demikian, dia adalah 'Ash bin Wail, sewaktu Nabi saw. ditinggal wafat putranya yang bernama Qasim, lalu 'Ash menjuluki Nabi sebagai Abtar yakni orang yang terputus keturunannya. Maka Allah menyebut ‘Ash bin Wail itulah yang merupakan Al-Abtar.
Begitu banyak kisah para keturunan Rasululah itu yang mencerminkan sebagian dari akhlaq Rasulullah yang sangat banyak. Misalnya, Imam Ubaydillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al’Uraidhi yang merubah namanya dari Abdullah menjadi Ubaydillah karena merasa ia belum pantas disebut sebagai hamba Allah. Sungguh rendah hatinya beliau. Contoh lain ialah Imam Ali Khola’ Qosam yang diriwayatkan bahwa beliau tidak memberi salam kepada Rasulullah SAW baik dalam solat maupun di luar solat, melainkan mendengar jawaban langsung dari Rasululah SAW : “Wa’alaikas salam ya Syeikh”, yang artinya: “dan atasmu salam sejahtera wahai Syeikh”. Jawaban ini juga terdengar oleh para makmum yang ikut solat dengannya di masjid Ba’alawi di Tarim, Hadramaut, Yaman. Dan masih banyak lagi kisahnya dari dahulu hingga para wali dari habib/sayyid sekarang.
Para keturunan Rasulullah pun berjasa pula menyebarkan Islam di Indonesia diantaranya mulai dari beberapa walisanga yang merupakan cucu dan keturunan langsung dari AlImam Abdul Malik bin Alwi ‘Ammul Faqiih bin Muhammad Sohibul Murbath dan juga wali dan ulama generasi selanjutnya. Apabila mereka semua tidak mengenal jalan Ahlul Bait yang merupakan ayah dan kakeknya, maka pasti tak ada seorang pun di muka bumi yang mengenal jalan Ahlul Bait. Walllahu a’lam bishshowab.
*) Disarikan sebagian dari “Qul Hadzihi Sabili” Ceramah Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan

Profil: Al-Habib Abdurrahman Az-Zahir
Pejuang Perang Aceh
Menjelang akhir abad ke-19 tekanan kolonialisme Belanda terhadap pejuang-pejuang kemerdekaan semakin bengis, terutama terhadap pejuang-pejuang Islam. Tapi tekanan itu tidak pernah mengendurkan semangat para syuhada dalam berjuang melawan penjajah. Berbagai perlawanan, bahkan peperangan terjadi di tanah air untuk mendepak keluar penjajah.
Di antara peperangan melawan Belanda, perang Aceh merupakan peperangan yang paling lama dan dahsyat. Dari tahun 1973 sampai tahun 1903, tidak kurang dari 30 tahun, tanah rencong ini bergolak dan disirami darah para syuhada. Dalam perang ini, beberapa nama menjadi sangat terkenal, seperti Teuku Umar, Panglima Polim, Cut Nyak Dien dan banyak lagi. Tapi, seperti dikatakan oleh Mr. Hamid Algadri (alm.), 86, di dalam bukunya, Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan Melawan Belanda, kurang diketahui oleh umum bahwa di dalam perang itu juga terdapat beberapa keturunan Arab. Bahkan, kata Hamid Algadri, mereka berperan bersama di antara para pemimping Aceh dalam perang dahsyat itu.
Nama yang disebut Snouck Hurgronje antara lain adalah Habib Tengku Teupin Wan, salah seorang organisator perang suci itu. Nama-nama lain keturunan Arab yang disebutnya adalah Habib Long, Habib Samalanga dan sebagainya. Tetapi, kata Snouck, yang paling terkenal diantara pemimpin Perang Aceh keturunan Arab adalah Habib Abdurrahman Azzahir yang lahir di Teupin Wan, sebuah desa di Aceh, dekat Lamjong.
Diantara semua gejala ini, maasih kata Snouck, munculnya Habib Abdurrahman adalah yang paling mengkhawatirkan pihak kolonial Belanda. Maksudnya di antara tokoh-tokoh Aceh dan para habib yang terlibat di dalam perang itu, Habib ini yang sering dipanggil Habib Itam atau Abdurrahman Teupian Wan, diakui oleh umum sebagai pemimpin tertinggi orang Aceh. Orang terpenting yang bekerja di bawah pimpinannya adalah Engku Id, Tengku Abas, Tjot Rang, Imeum Saidi dari Lambaro dan banyak lagi, seperti Tengku Soepi, putera Tengku di Langget yang masyhur.
Terhadap pendapat bahwa Habib Abdurrahman Al-Zahir (Al-Zahir adalah cabang dari Shahab) hanya merupakan pemimpin bayangan Perang Sabil, Snocuk tegas-tegas membantahnya. Pendapat Snocuk ini berdasarkan kenyataan yang ada dan berdasarkan apa yang masih diingat oleh jenderal-jenderal Belanda sendiri mengenai aksi-aksi Habib.
Selain Snouck, seorang penulis Australia, Anthony Reid juga menulis tentang Habib Abdurrahman Azzahir. Digambarkan bahwa waktu munculnya sang Habib di sekitar tahun 1870, kesultanan Aceh sudah merupakan pemerintahan yang tidak berarti, karena antara lain munculnya curiga-mencurigai diantara para hulubalang sehingga membatasi kemampuan sultan untuk memerintah secara efektif. Tetapi seorang pemimpin agama seperti Habib Abdurrahman dapat menghimbau rakyat berdasarkan loyalitas yang lebih tinggi dengan menonjolkan kewajiban agama, untuk mengumpulkan uang dalam jumlah yang besar untuk usaha diplomatik dan perang. Ia, setelah berhasil menghimpun dana besar, juga berhasil mendamaikan para hulubalang dan sultan yang berada dalam permusuhan selama puluhan tahun. Habib juga berhasil membangun kekuatan militer sendiri untuk mengobarkan perlawanan terhadap penjajah Belanda.


Bahtsul Masail: ISBAL

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Habib, saya ingin bertanya mengenai Isbal, bagaimanakah hukum Isbal itu?
Jawaban:
Isbal (tidak membuat pakaian menjela/memanjang dibawah mata kaki) adalah sunnah Rasul saw dalam sholat dan diluar shalat,
Rasul saw bersabda: "Barangsiapa yang menyeret-nyeret pakaiannya (menjela pakaiannya/jubahnya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat(murka)" lalu berkata Abubakar shiddiq ra : “Wahai Rasulullah..., pakaianku menjela..,” maka berkata Rasul SAW: "Sungguh kau memperbuat itu bukan karena sombong" (Shahih Bukhari Bab Manaqib). Berkata Al Hafidh Imam Ibn Hajar mengenai syarah hadits ini : "kesaksian Nabi saw menafikan makruh perbuatan itu pada ABubakar ra" (Fathul Baari bisyarh shahih Bukhari Bab Manaqib).
Jelaslah sudah bahwa perbuatan itu tidak makruh apalagi haram, kecuali jika diperbuat karena sombong, dimasa itu bisa dibedakan antara orang kaya dg orang miskin adalah dilihat dari bajunya, baju para buruh dan fuqara adah pendek hingga bawah lutut diatas matakaki, karena mereka pekerja, tak mau pakaiannya terkena debu saat bekerja, dan para orang kaya dan bangsawan memanjangkan jubahnya menjela ketanah, karena mereka selalu berjalan diatas permadani dan kereta, jarang menginjak tanah, maka jadilah semacam hal yg bergengsi, memakai pakaian panjang demi memamerkan kekayaannya, dan itu tak terjadi lagi masa kini, orang kaya dan miskin sama saja, tak bisa dibedakan dengan pakaian yg menjela. Jelas dibuktikan dengan riwayat shahih Bukhari diatas, bahwa terang2an abubakar shiddiq ra berpakaian spt itu tanpa sengaja, namun Rasul saw menjawab : "Kau berbuat itu bukan karena sombong" Berarti yg dilarang adalah jika karena sombong. (dari Forum Fiqh www.majelisrasulullah.org, Habib Mundzir AlMusawwa)

HIKMAH
 Berkata Rasulullah SAW:
Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka.” (Bukhori dan Muslim)
 Berkata Sayidina Ali Bin Abu Tholib Ra :
"Bukanlah seorang pemuda yang membanggakan harta dan kedudukan ayahnya, tetapi seorang pemuda yang berkata inilah aku (Beramal Sholeh)".
 Berkata Imam Syafi'i :
"Cintailah orang sholeh, karena mereka memiliki kesholehannya, cintailah Nabi Muhammad SAW, karena dia kekasih Allah SWT, dan cintailah Allah SWT, karena dia kecintaan Nabi dan orang Sholeh".


Buletin Da’wah ini diterbitkan sebulan sekali dalam acara Rutin Malam Rabu Kliwon Ba’da Maghrib di Majelis Ta’lim Wa Ratib Nurul Hidayah yang dibina oleh AlHabib Soleh bin Ali Al-Attas Giren, Talang. Diberikan cuma-cuma untuk menambah khazanah dan wawasan keilmuan seputar permasalahan yang berkembang di masyarakat.