Minggu, 02 Maret 2008

Buletin Penyejuk Hati-Edisi 1

BULETIN PENYEJUK HATI

EDISI 1

MAULID BID`AH! BENARKAH?

DI SUSUN OLEH :

MAJLIS TA`LIM NURUL HIDAYAH

GIREN TALANG TEGAL

Wacana ulama tentang maulid Nabi SAW

Apa dan bagaimana hukum peringatan maulid SAW?

Al Imam al Hafidz Ibnu Hajar al Asqalany

(Tokoh Ilmu Hadist)

Berkata al Hafidz As Suyuthi”Syeh al Islam Hafidz al Asr Abu al Fadil Ahmad bin Hajar-al Asqolany-tentang peringatan maulid”

“Hukum asal peringatan maulid adalah bid`ah tak pernah ada ulam

a dari mulai kurun ke tiga akan tetapi dalam peringatan maulid mengandung hal-hal tentang kebaikan bukan malah sebaliknya,barang siapa yang melaksanakan kebaikan dan menjauhi dari keburukan maka dinamakan bid`ah hasanah,apabila mengandung tentang keburukan maka dinamakan bid`ah dlolalah.

Beliu berkata”Saya mengambil dari sebuah hadist yang tsabit dari Shahih Bukhori Muslim,”Ketika Nabi SAW pergi ke kota madinah beliu melihat sekelompok orang yahudi melakukan puasa sepuluh asyura,kemudian beliau menanyakan tentang puasa yang mereka lakukan,mereka menjawab”Bahwa pada hari kesepuluh di bulan Asyura,di tenggelamkannya Firaun dan diselamatkan Musa,kami berpuasa karena bersyukur untuk memperingati hari tersebut,dan Nabi pun berkata”Kami lebih berhak pada Nabi Musa dari pada kalian kemudian Nabi pun memerintah untuk melaksanaka puasa”

Dari hadist diatas bisa diambil kesimpulan tidak ada larangan bersyukur kepada Allah SWT yang dikhususkan pada hari atau pun bulan karena mendapatkan kenikmatan atau menolak keburukan,apa nikmat yang terbesar selain nikmat di lahirkannya Nabi SAW pada hari itu,maka sudah keharusan bagi kita untuk bersyukur kepada Allah akan kelahiran Nabi SAW.

Dan diriwayatkan dari shahih Imam Muslim “Maka berpuasa Rasulullah SAW dan memerintahkannya”.

Al Imam al Hafidz Jalaluddin as Suyuthi.

Berkata al Hafidz as Suyuthi dalam kitabnya “Alhawy lilfatawa”

Beliu berkata”Saya mengambil dari sebuah hadist yang di keluarkan al Imam Albaehaqi yang diriwatkan oleh sahabat Anas dari Nabi SAW” Sesugguhnya telah melaksanakan aqiqah Nabi SAW untuk beliau sendiri setelah di angkat menjadi Nabi”padahal dalam riwayat lain,kakeknya Abdul Mutholib telah melaksanakan aqiqah sa`at Nabi berumur tujuh tahun,hal ini menunjukkan sesungguhnya bahwa Nabi SAW merasa bersyukur atas kelahiran beliau sebagai nabi akhir zaman dan mengajarkan kepada ummatnya untuk bersalawat kepada beliau, maka di sunnahkan bagi kita untuk memperingati hari kelahiran Nabi SAW dengan berkumpul dan bersadaqoah dengan menghidangkan makanan dan hal-hal yang bisa mendekatkan diri kita kepada Alla SWT.

Dan hadist yang sebagai dalil Imam Suyuti di benarkan oleh al Hafidz as Sayyid Ahmad bin as Sidiq dalam kitab Alhidayah.

Dan kitab Shahih Muslim,dalam sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Abi Qotadah al Anshari ra”Sesungguhnya Rasulullah di tanya tentang puasa hari senin”Beliau menjawab itu adalah hari kelahiranku,dan hari aku di bangkitkan”

Berkata Shan`ani dalam kitab subulussalam syarah bulughul maram dalam mensyarahi hadist di atas:Bahwa Rasulullah memberikan alasan berpuasa hari senin, bahwa pada hari tersebut beliu di lahirkan,dan ulama bersepakat tentang kelahiran Nabi pada hari itu.

Al Imam Ibnu Haj

Dan berkata al Imam Ibnu Haj dalam masalah keutamaan bulan maulid dan hari dilahirkanya Rasulullah SWA “Rasulullah memberikan isyarah tentang keutamaan bulan maulid dan hari kelahiran beliu,saat beliu di tanya tentang puasa hari senin ,Beliua menjawab itu adalah hari kelahiranku”Maka merupakan keharusan bagi kita memulyakan bulan tersebut,sebab semua umat akan ada di bawah bendera Rasulullah SAW,dalam sebuah hadist di terangkan “Adam dan keturunannya ada di bawah benderaku”.

Al Imam Abu Syamah(guru al Imam Nawawi)

Bekata Abu Syamah dalam kitabnya Albaist ala Inkarilbida`wal hawadist.

“Sebaik-sebaiknaya bid`ah pada zaman sekarang,yaitu apa yang dilakukan di sebuah kota Arbal,pada setiap bulan maulid mereka bersadaqoh kepada para faqir miskin dan menampakkan kegembiraan karena cinta kepada Nabi SAW,adapun orang yang pertama meramaikan adalah Assyeh Umar bin Muhammad Almala`.

Bid`ahkah memukul rebana waktu Maulid ?

Dalam kitab Mawarid Zdom`an ila Zawaid Ibnu Hibban.

Berkata Ibnu Hibban:Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Ishaq bin Khuzaemah dan telah membacakan hadist kepadaku Ziyad bin Ayyub telah membacakan hadist kepadaku Abu TamiilahYahya bin Wadih telah membacakan hadits kepadaku al Husaen bin Wakid telah membacakan hadist Abdullah bin Baridah dari ayahnya seraya berkata:Waktu Rasulullah kembali dari perang datanglah seorang jariyah(budak perempuan)dan berkata:Ya Rasulullah,saya bernadar kalau engkau kembali dari perang dengan selamat,maka aku akan memukul rebana di hadapanmu”Kemudian Rasulullah menjawab:Kalau engkau betul-betul nadar maka laksanakanlah apabila tidak jangan lakukan dan budak perempuan tadi menjawab:Sesungguhnya saya telah bernadar,kemudian Rasulullah duduk dan saya memukul rebana.

Dalam hadist lain yang di riwayatkan oleh Sayyidatina A`isyah:Sesungguhnya sa`at Rasulullah bepergian,seorang budak perempuan bernadar,apabila Rasulullah pulang dengan selamat maka aku akan memukul rebana di rumah A`isyah,tatkala Rasulullah kembali datanglah budak perempuan tersebut kerumah A`isyah,berkata Sayyidatina A`isyah kepada Nabi:Fulanah binti Fulanah bernadar jika engkau kembali dengan selamat dia akan memukul rebana,berkata Rasulullah:’Pukullah rebana itu”

Hadist di atas termasuk hadist muttasil yang di riwayatkan oleh perawi-perawi hadist yang tsiqoh,dan sesungguhnya Rasulullah pernah berkata:”Tidak ada nadar untuk kemaksiatan”apabila memukul rebana termasuk ma`siat maka Nabi akan mencegahnya dan menyuruh untuk menggugurkan nadar tersebut.

Dan berkata Assyeh al Imam al Baehaqi:Sesungguhnya pemberian izin dari Nabi untuk memukul rebana karena di dalamnya merasa senang dengan kembali Nabi dari peperangan bukan semata karena kewajiban nadar.SeMOGA tulisan yang sedikit ini bisa bermanfaat.

Dikeluarkan oleh : Majlis Ta`lim Nurul Hidayah giren Talang Tegal

Tidak ada komentar: