Rabu, 05 Maret 2008

Buletin Penyejuk Hati Edisi 6

Buletin Bulanan

Edisi 6 / Jumadil Akhir/1428 H

Buletin Penyejuk Hati

1428 H

MENUJU SUNNAH RASUL

Disusun Oleh:

Majelis Ta’lim Wa Ratib

NURUL HIDAYAH

Giren Talang Tegal

“Allah Akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kamu dengan beberapa derajat”

AlMujadalah Ayat 11

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, berkat rahmat dan taufiq Allah SWT kami dapat menyajikan kembali buletin edisi yang keenam, sebagai bentuk tanggung jawab kami sebagai ummat Nabi Muhammad SAW. Sebagai manusia biasa yang sudah kodrat Allah SWT adalah memiliki kekurangan, kami selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar menjadikan buletin ini lebih baik lagi. Jazakumullah Khairan katsiran Redaksi


FIQRAH

LAPAR

Menahan Lapar di dalam maupun di bulan puasa, saat puasa atau tidak, mengandung faedah dan manfaat yang besar untuk kesehatan badan dan ruhiyah kita. Hal ini sudah diterangkan oleh Rasululloh SAW dan telah dicontohkan beliau dan keluarga beliau.

Nabi SAW bersabda: “Orang yang paling banyak kenyang di dunia adalah yang paling lapar di akhirat”(HR.Al Bazzar dan Imam Thabroni). Sayyidatina Aisyah ra. juga pernah berkata: “Keluarga Muhammad tidak pernah kenyang walaupun dengan roti gandum dua hari berturut-turut”(Muttafaqun ‘alaih). Al-Harits, seorang dokter Arab mengatakan: “Yang banyak membunuh manusia adalah karena manusia suka memasukkan makanan dalam perut sebelum makanan yang di perut dicerna

Adapun manfaat lapar untuk kesehatan hati, para ulama pun menerangkannya: Lukmanul Hakim berwasiat kepada putranya: “Wahai putraku jika kamu penuhi lambungmu maka akan tidur pikiranmu, membisukan hikmah, mendudukkan anggota badan dari ibadah dan pada perut kosong itu banyak faedahnya yaitu menjernihkan hati, mencerdaskan manusia, dan menajamkan bashiroh (pandangan)”.

Sambung Sayidatina Aisyah ra.: “Bid’ah pertama yang terjadi setelah Rasulullah SAW wafat adalah kenyang. Sesungguhnya suatu kaum ketika kenyang perutnya, keras nafsunya untuk mendapatkan dunia”. Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah. berkata: “Lapar itu menyebabkan lembutnya hati kuatnya pemahaman, lembutnya jiwa, lemahnya nafsu dan kemarahan. Sedangkan kenyang mengakibatkan sebaliknya”. Berkata Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah: “Wahai Bani Adam, makanlah sebanyak sepertiga perutmu, minumlah sebanyak sepertiga perutmu dan biarkan sepertiga lainnya untuk bernafas dan berfikir.”. Telah berkata Imam Malik bin Dinar rahimahullah: “Tidak semestinya seorang mukmin menjadikan perutnya paling besar cita-citanya dan menjadikan syahwatnya menguasai dirinya”.

Demikian kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka lebih memilih banyak lapar karena kefahamannya tentang faedah lapar dan bahaya kenyang. Mereka lebih memilih mengekang hawa nafsunya ketimbang menurutinya dan itu bukan karena tidak ada makanan tetapi beliau-beliau lebih memilih keadaan yang lebih baik dan lebih sempurna untuk beribadah. Mereka makan dan minum sekedar untuk dapat melaksanakan ibadah karena Tidak diciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah. Seringnya Rasulullah SAW makan tiga hari sekali bukan seperti budaya kita, tiga kali sehari. Semoga kita dijadikan hamba yang “lapar” yang senantiasa mengikuti jejak Rasulullah SAW. Amin. Wallahu a’lam bishshowab.

PROFIL

Sayidah Nafisah binti Sayid Hasan al-Anwar

Sosok Istiqamah Pemilik Aneka Karamah

Adalah sosok yang begitu teguh memegang prinsip istiqamah sehingga wajar apabila kemudian Allah SWT memberinya beberapa karamah (kekeramatan) langka yang jarang dimiliki orang lain. Dialah Sayidah (Sebutan untuk keturunan Nabi) Nafisah puteri dari Sayid Hasan al-Anwar bin Sayid Zaid al-Ablaj bin Sayidina Hasan (cucu Nabi) bin Ali bin Abu Thalib.

Sosok perempuan tegar dalam menghambakan diri kepada sang Khaliq ini layak dijadikan panutan oleh umat Islam pada umumnya dan kaum Hawa pada khususnya.Wanita yang lahir di Mekkah tahun 145 H dan tumbuh besar di Madinah ini begitu getol dan istiqamah dalam kegiatan beribadah yang total dan berperilaku zuhud (menghindari gemerlap duniawi).

Tak jarang beliau meneteskan air mata saat bermunajat kepada Allah SWT dan memegang erat satir Ka’bah seraya mengucapkan untaian doa, “Ya Tuhanku, Ya Tuanku dan Penguasaku, berikan aku anugerahMu dan gembirakanlah aku dengan ridhoMu, tiada jalan yang aku tempuh yang akan menjadi penghalang antara Engkau dan aku.”

Zainab puteri dari Yahya al-Mutawwaj (saudara Sayidah Nafisah) pernah mengatakan, “Aku pernah berkhidmah kepada bibiku Nafisah selama 40 tahun dan selama itu pula tak pernah sekalipun aku melihatnya tidur malam atau tidak berpuasa sewaktu siang sehingga aku bilang kepadanya, “Bibi, apa Engkau tidak kasihan pada dirimu?” Diapun menjawab, “Bagaimana aku akan meninggalkan kebiasaanku ini sementara kakiku akan menjadi jejak yang tiada ditempuh melainkan oleh orang yang beruntung.”

Menurut riwayat al-Qusha’i, bahwa suatu ketika Zainab pernah ditanya oleh seseorang mengenai cara makannya Sayidah Nafisah. Dia menjawab, “Sayidah Nafisah itu makannya satu kali setiap tiga hari. Sayidah Nafisah memiliki keranjang yang beliau letakkan di depan Mushollanya. Dan setiap ia menginginkan sesuatu maka pasti tahu-tahu telah tersedia dalam keranjang tersebut. Dan aku juga menyaksikan hal itu sungguh tak pernah terbayangkan olehku. Dan aku tak pernah tahu siapa yang memberinya. Aku merasa heran sekali atas kejadian itu.”

Sayidah Nafisah berkata, “Hai Zainab, barangsiapa istiqamah bersama Allah SWT niscaya dunia ini berada dalam genggamannya dan tunduk kepadanya. “Wanita yang masih keturunan Nabi ini tidak hanya hafal AlQur’an saja tapi juga tafsirnya. Dia begitu istiqamahnya dalam mengaji AlQuran seraya berdoa sambil menangis, “Ya Tuhanku, Ya Tuanku berikan aku kemudahan untuk berkunjung ke (maqam) kekasih-Mu Ibrahim AS.”

Maka tak selang lama beliau bersama suami tercintanya, Ishaq al-Mu’taman bin Ja’far al-Shadiq mendapat kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji. Dan setelah beribadah haji keduanya menuju Mesir(Kairo) untuk tinggal disana. Untuk sementara beliau tinggal di al-Manshushah tepatnya di rumah seorang bernama Umi Hani’ (salah satu familinya).

Di sekitar kediaman beliau tinggallah keluarga yahudi bersama puterinya yang lumpuh. Suatu ketika ibunya berkata, “Saya akan pergi ke al-Hamam dan saya tidak tahu harus berbuat apa denganmu, apakah kami harus membopongmu?” Anaknya menjawab’”Saya tak bisa membiarkan ibu merepotkan diri seperti itu”. Ibunya berkata, “Atau mungkin kamu tinggal saja di rumah hingga kami kembali?” Anaknya menjawab, “Jangan Bu. Titipkan saja aku di rumah Sayidah Nafisah dan ibu anak lumpuh itu setuju. Kemudian diapun mendatangi kediaman Sayidah Nafisah seraya menitipkan putrinya tersebut dan kemudian diapun berlalu pergi.

Ketika waktu Shalat Dhuhur tiba, Sayidah Nafisah mengambil air untuk berwudlu dan tiba-tiba dari air wudlu itu ada sesuatu yang keluar mendekati si bocah lumpuh itu. Maka beliau mengurutkan sesuatu itu pada beberapa bagian tubuh si bocah dan secara ajaib atas izin Allah SWT si bocah sembuh total dari kelumpuhannya. Ketika keluarganya pulang si bocahpun menyambut mereka dengan berjalan kaki dan tentu saja keluarga Yahudi tersebut terheran-heran melihat peristiwa ajaib itu. Bagaimana anaknya yang selama ini lumpuh itu tiba-tiba bisa berjalan normal. Dan setelah anaknya menceritakan kejadian yang dialaminya maka mereka masuk islam.

Menurut al-Hasan bin Zulaq, pasca peristiwa menggemparkan itu banyak orang yang berdatangan ke kediaman Sayidah nafisah. Beritapun kian tersebar dan orang-orangpun kian berdatangan. Namun hal itu malah membuat Sayidah Nafisah merasa kurang enak sehingga diapun meminta untuk pindah dari Kairo menuju Hijaz (Mekah dan sekitarnya), tempat di mana sanak saudaranya tinggal disana. Namun atas bujukan Al-Sariy bin AlHakam, Penguasa Mesir saat itu agar sang Sayidah berkenan tinggal di Mesir, maka beliaupun berkenan tinggal di sana sampai wafat (di Kairo).

NASIHAT ULAMA

Wasiat Habib Muhammad bin Hadi Assegaf:

Manusia hendaknya menghindari banyak tidur, karena hal itu akan menghapus keberkahan umur.

Manusia hendaknya menghindari banyak bicara tentang hal-hal yang tidak bermanfaat, karena itu menyebabkan meninggal dalam keadaan buruk (su’ul khotimah).

Manusia juga hendaknya menghindari banyak makan, karena hal itu menyebabkan seseorang tidak dapat merasakan nikmatnya ibadah.

Manusia hendaknya tidak terlalu banyak bergaul dengan masyarakat luas, karena hal itu membuat tidak lurus dalam berpegang teguh terhadap masalah dan urusan agama.

Tanya Jawab

1. Bagaimana hukumnya Hewan yang disembelih secara syara’ namun tetap hidup kemudian hewan itu dibunuh dengan dipukul / dibedah?

Jawab: Hewan itu halal tapi membunuhnya makruh (Ibarot: Bujairomi ‘alal khotib 4/25)

2. Bagaimana hukumnya menyoraki/berteriak dengan bertepuk tangan terhadap orang yang adzan?

Jawab: Jika tujuannya menghina/ meremehkan adzan maka hukumnya murtad tapi jika bertujuan menghina orang yang adzan maka hukumnya haram karena termasuk menyakiti orang Islam (Ibarot: Irsyadul I’bad, 5)

Diterbitkan Oleh:
Majelis Ta’lim Nurul Hidayah. TIM REDAKSI: Pembina: Habib Soleh bin Ali AlAttas. Pimpinan Redaksi: Khanan Rifa’ul Kasbi Sekretaris: Alyan Fatwa Editor: Ustadz Muslih Anggota: Akwal Sadida, Heri Kiswanto, Zia Ul Haq

Buletin Da’wah ini diterbitkan sebulan sekali dalam acara Rutin Malam Rabu Kliwon Ba’da Maghrib di Majelis Ta’lim Wa Ratib Nurul Hidayah yang dibina oleh Habib Soleh bin Ali Al-Attas Giren-Talang. Diberikan cuma-cuma untuk menambah khazanah dan wawasan keilmuan seputar permasalahan yang berkembang di masyarakat.

Tidak ada komentar: