Rabu, 05 Maret 2008

Buletin Penyejuk Hati Edisi 9

MT NURUL HIDAYAH

AL-HABIB SOLEH BIN ALI ALATAS

BULETIN

PENYEJUK HATI

Edisi 9 : Syawal 1428 H

MENUJU SUNAH RASUL

SALAM REDAKSI

Alhamdulillahi robbil ‘alamin wa sholatullahi ‘ala Rasulillah, atas berkat rahmat Allah SWT redaksi Penyejuk Hati dapat berkesempatan menyajikan kembali edisi ini setelah sebulan lamanya kita menjalakan ibadah di bulan Ramadhan. Untuk itu, kami seluruh tim Redaksi mengucapkan, “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H, Taqobbalallahu minna wa minkum. Minal ‘aidzin walfaidzin, kullu ‘amin wa antum bikhoir. Mohon Maaf Lahir dan Batin.”

Semoga Buletin kami dan Majelis Ta’lim Nurul Hidayah akan tetap istiqomah menjadi lebih baik di dalam naungan ridho Allah SWT.

Amin Ya Robbal ‘Alamin

FIQRAH

Syafa’at

Di akhirat nanti, Nabi Muhammad SAW memohon kepada Allah SWT sambil bersujud di bawah arsy agar umat islam bebas dari kesengsaraan. Allah pun menerima permohonan tersebut dan memberi syafaat kepada umatnya

(HR Bukhari-Muslim)

Di akhirat, secara kepastian umum, yang memiliki kebajikan lebih banyak akan masuk surga dan yang sebaliknya akan masuk ke neraka. Namun masih ada peluang bagi kelompok yang masuk neraka untuk diampuni Allah SWT lewat syafaat (pertolongan) Allah SWT. Permohonan untuk memperoleh syafaat juga bisa melalui perantaraan orang-orang yang diridhai Allah SWT , syafaat tersebut disebut asysyafaat al-maghirah, misalnya melalui Nabi Muhammad SAW, para nabi, rasul, ulama, syuhada seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Majah. Bahkan menurut paham Ahlussunnah waljamaah pula, AlQuran juga bisa menjadi syafi’ (pemberi syafa’at) seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, juga para malaikat seperti dijelaskan dalam ayat, “Dan berapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhaiNya.”(AnNajm:26), demikian pula imam dan ulama akan menjadi syafi’ bagi pengikutnya. Syafaat bentuk ini dijelaskan dalam firman Allah, “(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pimpinannya...”(Al-Israa’ :71)

Para pendosa besar pun bisa saja mendapatkan syafaat asalkan ia memiliki iman. Dasarnya, hadits yang berbunyi, “Syafaatku adalah bagi pelaku dosa besar di kalangan umatku”(HR Ahmad bin Hanbal).

Tetapi sesungguhnya hanya Allah-lah yang berkehendak atas diberinya syafaat sebab syafaat hanya milik Allah sebagaimana firman Allah, “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan”-(QS Azzumar :44)

Perantara syafaat memiliki dua kriteria yang tersimpul dalam ayat, “Pada hari itu tidak berguna syafaat kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya dan Dia telah meridhai perkataannya”(QS. Thaahaa:109)

Imam ali bin Ali bin Muhammad bin Abi Al-Izz, ulama ahlussunnah, merinci syafaat atas delapan bentuk. Pertama, Asy-Syafa’ah al’Uzma (syafaat yang paling besar) yang diberikan kepada orang-orang yang sedang berada di padang mahsyar ketika sedang menunggu pengadilan Allah SWT. Kedua, Syafaat yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada calon penghuni surga tetapi mereka belum masuk ke dalamnya sebelum mendapatkan syafaat ini.

Ketiga, syafaat yang diberikan Nabi Muhammad SAW yang tidak jadi masuk ke neraka karena adanya syafaat ini. Keempat, syafaat Nabi Muhammad SAW untuk penghuni surga untuk meningkatkan derajat mereka di surga.

Kelima, syafaat yang diberikan Nabi Muhammad atas sekelompok orang sehingga mereka langsung masuk surga tanpa hisab (tanpa ditimbang dahulu amalnya). Keenam, syafaat yang diberikan Nabi Muhammad SAW untuk meringankan azab atas orang-orang tertentu, seperti syafaat untuk paman beliau, Abu Thalib. Ketujuh, syafaat Nabi Muhammad SAW atas segenap orang yang beriman untuk dapat masuk ke surga. Kedelapan, syafaat Nabi Muhammad SAW atas para pelaku dosa besar dari kalangan umatnya sehingga mereka terbebas dari api neraka. Semoga kita termasuk orang-orang yang disyafa’ati. Amin...

MUTIARA IDUL FITRI: 5 Hak Muslim: “Hak Muslim atas muslim yang lain ada 5: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, mendatangi undangan, dan mendokan yang bersin” (HR Bukhari - Muslim)

PROFIL

Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz

Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Abdullah bin Abu Bakar bin ‘Aydrus bin ‘Umar bin ‘Aydrus bin ‘Umar bin Abu Bakar bin ‘Aydrus bin al-Husain bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah seorang tokoh ulama ahlil bait kelahiran Tarim, Hadhramaut. Beliau dilahirkan dalam tahun 1332H. Selain berguru dengan ayahandanya yang terkenal alim, beliau juga turut berguru dengan Habib ‘Ali bin ‘Abdur Rahman al-Masyhur, Habib ‘Abdullah bin ‘Umar asy-Syathiri, Habib ‘Alwi bin ‘Abdullah bin Syihab dan banyak lagi ulama Hadhramaut. Beliau juga telah mengembara ke Haramain, India, Pakistan dan lain-lain tempat dengan tujuan menuntut ilmu. Akhirnya beliau kembali ke Tarim dan mendirikan majlis-majlis ta’lim di sana sambil menjalankan usaha dakwah ke daerah-daerah luar. Beliau juga telah mengarang kitab-kitab antaranya “Takmilah Zubdatul Hadits fil Faraidh” dan “al-Miftah li Babin Nikah”. Atas ketinggian ilmu dan akhlak serta kewarakannya, beliau dipilih menjadi Mufti Kota Tarim al-Ghanna.

Sekalipun dilantik menjadi Mufti, beliau tetap bersikap tawadhu dan amat menghormati para guru dan ulama lainnya. Hari-harinya dihabisi dengan berbagai amal ibadah dan menyampaikan ilmu, sehingga pernah dalam 1 hari beliau menghadiri 16 majlis ilmu. ( Ya Allah … lihat diri kita, satu majlis ta’lim seminggu sekali pun payah …Allahu … Allah).

Dalam menyampaikan dakwah, Habib Muhammad terkenal lantang dalam menyeru umat kepada jalan Allah dan syariatNya. Vokalnya dalam menyampaikan kebenaran tidak dapat dihalang sehingga dengan kepala diacungkan pistol beliau telah menyatakan kebenaran tanpa takut dan gentar. Hal ini membuat gusar pemerintah pemberontak komunis pada waktu itu, sehingga pada bulan DzulHijjah 1392H tatkala beliau dan anakandanya Habib Umar yang baru berusia 9 tahun beri’tikaf dalam Masjid Jami` Tarim menunggu masuk waktu sholat Jum’at, Habib Muhammad telah dijemput oleh 2 orang polisi dan dibawa ke balai yang berdekatan. Sehingga usai sholat Jumaat, Habib Muhammad tidak kembali lagi.

Al-Habib Muhammad  bin Salim bin Hafidz

Sesungguhnya semua mukmin itu bersaudara maka itu berbuat baiklah kepada sesama saudaramu dan berbaktilah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” (AlHujurat:10)

Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz(ayah hb umar) Sejak saat itu tidak ada khabar berita mengenai beliau dan tidak diketahui apakah beliau telah wafat atau masih hidup. Banyak yang percaya bahawa beliau telah syahid dibunuh oleh pemberontak komunis tersebut kerana khawatir akan pengaruh dan kelantangan beliau. Kini perjuangan dakwahnya diteruskan oleh murid-murid dan zuriat beliau, diantaranya yang masyhur ialah Habib ‘Umar Bin Hafidz. Mudah-mudahan Allah melimpahkan keredhaanNya ke atas Habib Muhammad Bin Hafidz dan memberikan kepada kita sekalian keberkatan dan manfaat ilmunya….al-Fatihah!

MUTIARA ILMU:

"Ilmu adalah cahaya dan cahaya tak masuk dengan kemaksiatan"

“ Tanpa Guruku, Aku Takkan Mengenal Tuhanku”

“ Dahulukan Budi Pekerti, sebelum Ilmu “

“ Ilmu Itu di dada Bukan di dalam kitab”

Nasihat Syaikh Al-Imamul Haddad

Wahai muridku, Tingkatkanlah mujahadahmu dengan menanamkan sifat Raja’ (berharap akan janji Allah bagi hamba yang beriman), menanamkan AlKhauf (takut terhadap sanksi Allah bagi orang yang durhaka), senantiasa tafakur, dan berteman dengan orang yang baik dan duduk bersama orang yang soleh

Bila Anda rela dengan apa yang terbagi, Anda pasti akan hidup dalam kenikmatan dan bila Anda tidak rela atas pembagian itu, Anda akan selalu dalam kesedihan

BAHTSUL MASAIL

Bagaimana Hukum orang yang sakit yang takut bertambah parah kemudian berniat mengqadha puasa tetapi belum sempat mengqadhanya karena meninggal dunia?

Jawab:

Orang yang meninggalkan puasa karena sakit,jika telah sembuh dan ada kesempatan untuk mengqadhanya, maka wajib qadha sebelum datang ramadhan berikutnya.

Jika tidak mengqadha sampai ajal tiba padahal ada kesempatan mengqadha maka wajib dibayarkan fidyah dari hartanya sebanyak 1 mud atau 5/6 liter beras per hari yang ditinggalkan.

Tetapi jika sakit terus tanpa ada kesempatan mengqadha hingga meninggal maka ia terbebas dari qadha dan fidyahnya (Hamisy asSarqawi ala Tahrir juzI : 441; QS. AlBaqarah:185; HR AtTirmidzi )

Ditebitkan oleh Majelis Talim Nurul Hidayah

TIM REDAKSI: Pengasuh: Al-Mukarram Habib Soleh bin Ali Alatas Ketua: Alyan Fatwa Editor: Ustadz Muslih Anggota: Muammar Habibi, Azis S., Khanan, Zia, Heri

DARI KAMI

Buletin ini diterbitkan sebulan sekali dalam acara rutin malam rabu kliwon ba’da maghrib di Majelis Ta’lim Wa Ratib Nurul Hidayah Giren-Talang Tegal.

Artikel Kritik Saran dan Pertanyaan dapat Anda sampaikan langsung atau melalui :

Email : mt_nurulhidayah@yahoo.com

Telp : 0283-445179 / 081519858987

Tidak ada komentar: