Sabtu, 08 Maret 2008

Buletin Penyejuk Hati Edisi 8

Buletin Bulanan

Edisi 8/ Sya’ban /1428 H

Buletin Penyejuk Hati

PENYEJUK HATI

MENUJU SUNNAH RASUL

Buletin Da’wah ini diterbitkan sebulan sekali dalam acara Rutin Malam Rabu Kliwon Ba’da Maghrib di Majelis Ta’lim Wa Ratib Nurul Hidayah yang dibina oleh Habib Soleh bin Ali Al-Attas Giren-Talang. Diberikan cuma-cuma untuk menambah khazanah dan wawasan keilmuan seputar permasalahan yang berkembang di masyarakat.

FIQRAH

NIAT

Niat saleh adalah kecenderungan dan keinginan hati untuk berbuat baik. Suara hati merupakan sumber dan penyebab pertama timbulnya niat. Niat adalah ruhnya amal, seperti ruh bagi jasad dan hujan bagi bumi. Barang siapa yang niat dan tujuannya untuk Allah dan Rasul-Nya, maka ia memiliki niat yang saleh. Karena itulah beliau Ra. Berkata: “Carilah selalu niat-niat saleh”.

Niat ada yang saleh dan ada yang buruk. Dalam suatu amal kadang kala dapat diperoleh niat yang banyak. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya seseorang itu hanya akan mendapatkan sesuai dengan niatnya. Niat yang baik akan membuahkan amal yang baik, sedangkan niat buruk akan mengakibatkan amal yang buruk.

Allah berfirman: “Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya” (QS AlBayyinah: 5) Yakni dengan niat yang ikhlas untuk Allah. Niat juga merupakan salah satu penyebab untuk memperoleh taufik.: Jika kedua juru pendamai itu berniat mengadakan perbaikan niscaya Allah memberikan taufik kepada suami istri itu (untuk berdamai). (Q.S An-Nisa: 35)

Nabi SAW bersabda, “Barang siapa berniat melakukan kebajikan, namun ia tidak mengamalkannya, Allah akan mencatatkan kebajikan baginya.” Dan sabdanya lagi: “Mereka kelak dikumpulkan berdasarkan niat mereka.”

Imam AtsTsauri berkata, “Dahulu mereka mempelajari niat untuk beramal sebagaimana mereka mempelajari amal”. Dan diriwayatkan dalam kitab Taurat bahwa Allah SWT berfirman, “Segala sesuatu yang diniatkan untuk-Ku, maka sedikitnya adalah banyak dan segala sesuatu yang ditujukan kepada selain Aku, maka banyaknya adalah sedikit. Bilal bin Sa’ad berkata, “Sesungguhnya seorang hamba akan mengucapkan ucapan seorang mukmin maka Allah tidak akan membiarkannya sebelum menyaksikan amalnya, jika ia mengamalkannya maka Allah tidak akan membiarkannya sebelum menyaksikan niatnya, jika niatnya baik, Allah akan memperbaiki kelemahan amalnya.”

Niat adalah tiangnya amal. Oleh karena itu amal sangat membutuhkan niat. Nabi SAW bersabda: “Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya” Hati adalah pengawas yang ditaati dan niat adalah amal hati. Amal tanpa niat yang saleh tidak akan bermanfaat dan amal dengan niat yang buruk akan mencelakakan.

Banyaknya niat tergantung pada banyaknya usaha untuk berbuat kebaikan, keluasan ilmu dan ketekunan dalam menghimpun berbagai niat yang baik. Dan banyaknya niat ini dapat menyucikan dan melipatgandakan amal. Namun maksiat akan tetap maksiat karena niat baik tidak akan dapat merubahnya.

Berbagai amal yang mubah dengan dengan niat yang yang benar dari seorang yang sidq dapat menjadi sebaik-baik pendekatan diri kepada Allah SWT. Mereka yang selalu disibukkan dengan urusan keduniaan, niat-niat saleh tersebut tidak akan terlintas dalam benak mereka. Jika mereka mengaku memiliki niat yang baik, ketahuilah sesungguhnya itu hanyalah bisikan hati, bukan niat.

Saat melaksanakan atau meninggalkan suatu amal harus disertai dengan niat yang baik karena meninggalkan suatu amal adalah amal juga. Oleh karena itu, jangan sampai hawa nafsu yang tersembunyi menjadi penggerak suatu amal. Karena alasan inilah beberapa sufí urung melaksanakan suatu ketaatan karena gagal menetapkan niat yang baik.

Niat adalah fath dari Allah yang pada dasarnya tidak bisa diusahakan. Niat yang baik ini oleh Allah Ta’ala dianugerahkan kepada orang-orang yang berhati suci, memiliki ilmu yang luas dan selalu disibukkan dengan ajaran Allah, bukan orang0-orang seperti kita. Kita ini tidak mudah untuk berniat baik walaupun dalam melaksanakan yang wajib, kecuali setelah berusaha dengan susah payah.

Oleh Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyi, Syarhul ‘Ainiyyah, Wasiat dan Nasihat, Putera Riyadi

MUTIARA NASEHAT

OLEH: GUS MUS

"Seluruh kebenaran ada di pihak anda setengah waktu saja, adalah lebih baik dari pada setengah kebenaran ada di pihak anda seluruh waktu"

"Umur membuat kita bertambah bodoh pada saat ia membuat kita bertambah arif".

Tidak wajar bagi orang yang tidak berilmu berdiam diri diatas kejahilannya dan orang ‘alim berdiam diri di atas kealimannnya. (HR Thabrani)

BAHTSUL MASAIL

1. Bagaimana hukumnya wudlu untuk menggantikan mandi junub karena cuaca yang sangat dingin atau udzur lain, baru siangnya mandi junub?

Jawab: Yang dapat menggantikan itu hanyalah tayammum. Sedangakn cuaca dingin tidak dapat menjadi udzur untuk beralih ke tayammum. Kecuali jiak dinginnya air itu sampai dapat membahayakan pada pengguna, maka boleh ia beralih ke tayammum.

(Lihat: AlFawaid juz 1 hal.253)

2. Bagaimana hukumnya memegang sketsa atau lukisan kaligrafi atau yang bertuliskan ayat AlQur’an dalam keadaan hadats?

Jawab: Haram jika bertujuan untuk dibaca. Tapi jika bertujuan sebagai hiasan maka dibolehkan. (Lihat : Tuhfatul Muhtaj: Juz 1:150)

Al-Habib Ahmad Bin Alwi Bin Ahmad Alhaddad (Habib Kuncung)

Lahir di Ghurfah dekat Hawi, Hadramaut pada tanggal 26 Sya’ban 1254 Hijriyah. Guru utama beliau adalah ayahnya sendiri, disamping itu beliau berguru kepada Habib Ali bin Husin Al-Haddad, Hadramaut. Sedangkan gurunya di Indonesia : Habib Abdurahman bin Abdullah Al-Habsyi dan Habib Abdullah bin Muchsin Al-Atthas.

Tidak diketahui tanggal yang pasti kedatangannya di Indonesia. Beliau mula-mula tiba di Timor, Kupang. Di sini ia tinggal sementara dan kawin dengan puteri di kota itu yang bernama Syarifah Raguan Al-Habsyi. Dari perkawinannya ia memperoleh anak yang bernama Muhammad. Setelah lebih kurang 6 tahun ia tinggal dikota itu lalu ia berangkat ke Jawa. Tiba di Jakarta dan menetap di Kali Bata kira-kira 10 tahun. Beliau terkenal dengan julukan “ Habib Kuncung “. Juga pernah tinggal di Bogor di rumah Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad. Habib Kuncung ini selama di Jakarta dan di Bogor tidak pernah kawin. Habib Kuncung wafat dan dimakamkan di Kali Bata pada umur 93 tahun yaitu pada tanggal 29 Sya’ban 1345 Hijriyah/1926 M. Muhammad, anaknya datang ke Jakarta dan kemudian tinggal dan kawin di Pengadegan, Jakarta Selatan. Walaupun demikian di tidak punya keturunan.

Habib Kuncung ini adalah ahli darkah, artinya saat-saat orang dalam kesulitan atau sangat memerlukan beliau muncul dengan tiba-tiba. Ia seorang wali yang mempunyai perilaku yang ganjil.

Sumber dari buku Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi – Idrus Alwi Almasyhur

Mutiara AlQur’an

Sesungguhnya orang-orang mu’min itu apabila mendengar sebutan nama Allah maka bergetar hati mereka dan bila dibacakan ayat-ayatNya bertambah imanlah mereka dan kepada Tuhanlah mereka berserah diri.(AlAnfal:2)

Diterbitkan Oleh:
Majelis Ta’lim Nurul Hidayah. TIM REDAKSI: Pembina: Habib Soleh bin Ali AlAttas. Pimpinan Redaksi: Khanan Rifa’ul Kasbi Sekretaris: Alyan Fatwa Editor: Ustadz Muslih Anggota: Akwal Sadida, Heri Kiswanto, Zia Ul Haq

Pertanyaan, Kritik, dan Saran dikirimkan ke Redaksi:

MT. NURUL HIDAYAH Giren Talang Tegal

Telp. 0283-445179 HP. 081519858987

Tidak ada komentar: