Rabu, 05 Maret 2008

Buletin Penyejuk Hati Edisi 12

Edisi 12 / Muharram/1429 H Buletin Penyejuk Hati

Buletin

PENYEJUK HATI

MENUJU SUNAH RASUL

Muharram 1429 H

Januari 2008 M

Salam Redaksi

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahilladzi hadaanaa biabdihil mukhtari man da’aanaa wa sollallahu ala Sayyidina Muhammadin Wa ala alihi wa sohbihi ‘ajmain

Segala puji bagi Allah atas rahmatnya sehingga dengan izinNya kami dapat menerbitkan buletin ke 12 ini. Di Tahun yang baru ini, buletin Penyejuk hati kembali menghadirkan wacana yang semoga dapat menjadikan kami dan pembaca sekalian semakin meningkatkan taqwa dan juga cinta pada Allah Swt, Anbiya, Ulama, dan sesama muslim di segala penjuru dunia. Kritik Saran dan pertanyaan sangat kami butuhkan. Semoga buletin ini diberkahi dan bermanfaat. Amin. Wallahu a’lam Bishshowwab.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

FIQRAH

Selamat Tahun Baru 1429 H!

Tak terasa hari Asyuro di bulan Muharram ini sudah terlewati. Waktu yang berlalu begitu cepat setelah tahun 1428 H berganti menjadi tahun 1429 H harus menjadi bahan perenungan sehingga dapat bermuhasabah (memperhitungkan diri), apakah kita sudah meningkatkan amal ibadah kita ataukah justru dosa-dosa yang meningkat selama tahun ini? Memang muhasabah hendaknya dilakukan setiap saat baik sebelum maupun setelah melakukan sesuatu namun Tahun Baru 1428 H tepatlah dalam menjadi momen yang penting untuk mendorong peningkatan kualitas keimanan.

Selama setahun ini banyak kejadian yang menjadi keprihatinan bersama, dimana bencana di Indonesia berdatangan mulai dari bencana alam seperti banjir, longsor, dsb sampai bencana agama seperti banyaknya aliran sesat bahkan ada yang memiliki Nabi-nabi Palsu mulai dari Ahmadiyah ajaran Mirza Ghulam Ahmad, ajaran Lia Aminudin, sampai ajaran Ahmad Mushoddiq telah menyeruak di Indonesia dan juga salah satu keprihatinan lainnya ialah saat kebanyakan masyarakat begitu sibuk merayakan tahun baru Masehi dan seolah melupakan Tahun Baru Islam. Wallahu a’lam apakah mereka akan dimurkai atau tidak oleh Allah karena merayakan tahun barunya orang nasrani, yang menjadikan utusan-Nya dikultuskan sebagai Anak Allah, Na’udzubillahi mindzalik. Rintangan, fitnah, dan ujian terus berdatangan seiring pertolongan Allah yang datang pula.

Maka, di tahun baru 1428 H ini, patutlah sekiranya untuk turut memeriahkan dengan berbagai amaliah baik. Disamping juga dengan menjauhi maksiat. Bermuhasabah, memanjatkan pujian syukur, berpuasa, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, dan begitu banyak kebaikan lain yang bisa dilakukan. Dan bahkan di hari Asyura pula, kita sangat disunahkan berpuasa. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa ketika Nabi sampai di Madinah lalu mendapati orang Yahudi berpuasa pada hari asyura karena hari itulah Nabi Musa diselamatkan Allah dari kejaran Firaun, Nabi lalu bersabda, “Aku lebih berhak atas Nabi Musa” lalu Nabi berpuasa dan mengajak orang untuk berpuasa juga.

Di bulan Muharram ini pula bangsa Indonesia kedatangan tamu agung, angin segar dari Tarim, Guru kita yang mulia Al-Hafidz Al-Musnid Al-Mufassir al-‘Allamah Ad-Da’i ilallah As-Sayyid Al-Habib Umar bin Hafidz. Marhaban Ya Habib...Selamat Datang di Indonesia... Semoga berkah Allah kepadamu tercurahkan pula kepada bangsa ini. Dan semoga tahun baru ini menjadikan diri kita termasuk orang-orang yang beruntung... Amin Y a Rabbal ‘alamin.. Selamat Tahun Baru 1428 Hijriyah!

PROFIL

Habib Umar bin Hafidz

Beliaulah al-Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Abdullah bin Abubakar bin Aydrus bin al-Hussain bin al-Syaikh AbuBakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin al-Syaikh Abdurrahman al-Saqqaf bin Muhammad MaulaDawilah bin Ali bin Alawi bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Sahib al-Mirbat bin Ali Khali‘ Qasam bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin al-Imam al-Muhajir ila Allah Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidi bin Ja’far al-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Hussain putera dari Ali bin Abu Talib dan Fatimah al-Zahra binti Rasullah Muhammad s.a.w.

Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang sangat terkenal dengan berlimpahnya ilmuwan dan alim ulama selama berabad-abad. Ayahnya seorang pejuang martir terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Habib Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Syaikh AbuBakar bin Salim, yang mengabdi demi penyebaran agama Islam nan mulia. Demikian pula kakek dan kakek buyut beliau, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abdullah, semoga Allah mengampuni mereka. Allah seakan menyiapkan kondisi sesuai baginya dalam hubungannya dengan para intelektual muslim di sekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarga, lingkungan serta masyarakat.

Beliau mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan berbagai teks inti fiqh, hadits, Bahasa Arab dan berbagai ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh banyak ulama tradisional seperti Habib Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan Syaikh Fadl Baa Fadl serta ulama2 lain yang mengajar di Ribat, Tarim. Beliau pun belajar dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim.

Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan Sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan Sang ‘Umar muda menganggap bahwa ada tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah seakan syal sang ayah menjadi bendera baginya. Sejak itu, ia memulai perjuangan mengumpulkan orang-orang untuk membentuk Majelis-majelis da’wah hingga membuahkan hasil; kelas-kelas Al Qur’an dan ilmu2 tradisional mulai dibuka.

Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun masih muda. Namun hal ini mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya, akhirnya diputuskan beliau dikirim ke sekolah Ribat kota al-Bayda’, Yaman Utara sehingga jauh dari jangkauan para pencelaka.

Disana, ia mulai belajar dibimbing yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abdullah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan ulama mazhab Syafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Perjuangannya berda‘wahpun dilanjutkan.

Sejak saat itu, sekelompok besar orang yang berubah berkat beliau, mulai membantunya berda‘wah di berbagai kota di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai mengunjungi masyarakat Yaman, mulai dari kota Ta’iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz, al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang menunjukkan perhatian besar pada beliau sebagaimana ia mendapat perlakuan dari Syaikh al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung beliau.

Setelah itu, beliau ber-Haji lalu mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanan ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan belajar dari para ulama disana, terutama dari al-Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf, salah seorang guru besarnya. Begitu pula dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmad Masyhur al-Haddad dan al-Habib ‘Attas al-Habsyi.

Negara Oman menjadi fase berikutnya pergerakan pembaharuan abad ke-15, setelah menyambut baik undangan sekelompok Muslim yang memiliki hasrat menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr, Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran beliau tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan.

Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda perubahan mendasar. Darul Mustafa menjadi hadiah beliau dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang demikian singkat, penduduk Tarim dapat menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah dan negara yang jauh lalu bersatu di satu kota yang hampir terlupakan para penguasa komunis. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama da’wah beliau.

Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi perkembangan di Darul Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih berperan aktif dalam penyebaran agama Islam sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahun mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan mulianya, termasuk ke Indonesia.

Bahtsul Masail

BAB THAHARAH

Soal :

1.Alqur’an sebagai firman Allah SWT harus diagungkan oleh seluruh umat Islam. Salah satunya ialah larangan menyentuh Mushaf AlQuran jika dalam keadaan tidak suci (hadats). Bagaimana dasarnya?

Jawab :

Larangan ini berasal dari firman Allah dalam Surat Al-Waqiah:79-80 yang artinya, “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali orang-orang yang suci. Yang diturunkan dari Tuhan alam semesta” Ada yang mengatakan dalil ini tidak dapat menjadi dasar karena yang dimaksud adalah alQuran yang ada di Lauhil Mahfudz sehingga yang bisa menyentuhnya hanya orang suci (malaikat). Menanggapi hal ini, Syaikh Muhammad Ali al-Shabuni dalam Hawaai’ alBayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam mengutip pendapat Ibnu Taimiyah yang menyatakan: “Tentang hukum ini, Ibn Taimiyah berdalil dengan cara yang sangat halus. Beliau berkata, “Ayat tersebut menunjukkan hukum (keharaman menyentuh AlQuran bagi yang tidak punya wudu)” dengan jalan isyarah. Jika Allah menyebutkan bahwa mushaf yang suci itu (di lauhil mahfudz) tidak dapat disentuh kecuali orang suci (malaikat), maka begitu pula mushaf yang ada di hadapan kita tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang suci (dari hadats)” Saya berpendapat, inilah pendapat yang benar dan harus diikuti. Yakni pendapat yang disepakati oleh mayoritas ulama tentang keharaman menyentuh mushaf Quran dalam keadaan tidak suci.” Bahkan dalam Hadits Nabi dinyatakan. “Dari Abi Bakar bin Muhammad ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah pernah menulis surat kepada penduduk Yaman agar tidak menyentuh AlQuran kecuali orang yang suci (punya wudu)”. Jadi, sudah jelas hal tersebut ada dasarnya, Namur terdapat pengecualian bagi anak kecil yang belum baligh dan untuk keperluan belajar atau karena udzur syar’i yang lain.

Mutiara Nasihat

PARA ULAMA

Syekh Abu Bakar bin Salim:

"Janganlah kau tunda-tunda kebaikan sampai esok hari, karena engkau tak tahu apakah umurmu sampai esok hari".

Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor):

"Pemuda yang baik adalah pemuda yang berakhlak :
1. Ta'at kepada Allah SWT.
2. Ta'at kepada Nabi Muhammad SAW.
3. Ta'at kepada orang tua.
4. Ta'at kepada ulama.".

"Kunci kesuksesan ada tiga, yaitu :
1. Menuntut ilmu dan beramal.
2. Istiqomah dan sabar.
3. Saling menghormati."

Buletin Da’wah ini diterbitkan sebulan sekali dalam acara Rutin Malam Rabu Kliwon Ba’da Maghrib di Majelis Ta’lim Wa Ratib Nurul Hidayah yang dibina oleh Habib Soleh bin Ali Al-Attas Giren-Talang. Diberikan cuma-cuma untuk menambah khazanah dan wawasan keilmuan seputar permasalahan yang berkembang di masyarakat.

*(Boleh diperbanyak tanpa izin)

TIM REDAKSI

Pembina:

Habib Soleh bin Ali Alatas

Pemimpin Redaksi

Alyan Fatwa

Editor

Ustadz Muslih

Redaktur

> Khanan > Zia Ul Haq

> Heri K > Azis Salato

CONTACT PERSON

Email

mt_nurulhidayah@yahoo.com

Milis

www.yahogroups.com/mt_nurulhidayah

Telepon/ HP

0283-445179 / 081519858987

Tidak ada komentar: