Dzulhijjah 1428 H
November 2007 M
Buletin Edisi 11
PENYEJUK HATI
MENUJU SUNAH RASUL
Salam Redaksi
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahilladzi hadaanaa biabdihil mukhtari man da’aanaa wa sollallahu ala Sayyidina Muhammadin Wa ala alihi wa sohbihi ‘ajmain
Segala puji bagi Allah atas rahmatnya sehingga dengan izinNya kami dapat menerbitkan buletin ke 11 ini. Di bulan yang dirahmati Allah, bulan Dzulhijjah ini, buletin Penyejuk hati kembali menghadirkan wacana yang semoga dapat menjadikan kami dan pembaca sekalian semakin meningkatkan taqwa dan juga cinta pada Allah Swt, Anbiya, Ulama, dan sesama muslim di segala penjuru dunia. Kritik Saran dan pertanyaan sangat kami butuhkan. Semoga buletin ini diberkahi dan bermanfaat. Amin. Wallahu a’lam Bishshowwab.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). (Al-Fath: 1-3)
FIQRAH
Berziarah ke makam Rasulullah SAW
Waktu beribadah haji merupakan kesempatan emas bagi seorang muslim untuk melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di haramain (Makkah dan Madinah) mempunyai keutamaan lebih daripada yang lainnya. Di sana terdapat banyak saksi dan bukti sejarah tentang keagungan agama Islam. Makam Rasulullah merupakan salah satu tempat dari sekian banyak tempat mulia yang ada di haramain. Belum lengkap rasanya jika seseorang melakukan ibadah haji tetapi ia tidak berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Berziarah ke makam Nabi SAW adalah sunnah hukumnya, lebih-lebih lagi bagi mereka yang sedang melaksanakan haji.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang datang kepadaku untuk berziarah dan keperluannya hanya untuk berziarah kepadaku (tidak ada keperluan yang lain) maka Allah SWT memberikan jaminan agar aku menjadi orang yang memberi syafaat kepadanya di hari kiamat nanti” (HR Daraquthni). Dalam hadits lain juga disebutkan, “Dari Ibnu Umar RA, sesungguhnya Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji lalu berziarah ke makamku setelah aku meningggal dunia maka ia seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup”. (HR. Daraquthni)
Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Imam Hanbali mengenai larangan menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta sebagaimana yang dikhawatikan Nabi SAW, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani menukil dari beberapa ulama, “Sebagian ulama ada yang memahami bahwa yang dimaksud hadits tersebut adalah larangan untuk berbuat tidak sopan ketika berziarah ke makam Rasulullah SAW. Yakni dengan memainkan alat musik atau lainnya sebagaimana yang biasa dilakukan ketika ada perayaan. (Yang seharusnya dilakukan adalah) umat Islam berziarah ke makam Rasul hanya untuk menyampaikan solawat dan salam kepada Rasul, berdoa di sisinya, mengharap berkah melihat makam Rasul, mengharap doa dan balasan salam Rasulullah SAW. (Itu semua dilakukan) dengan tetap menjaga sopan santun yang sesuai dengan maqam ke-Nabi-annya yang mulia ” (Manhaj al-Salaf fi Fahm al—Nushush bain al-Nazhariyyah wa al-Tathbiq,103)
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak bertentangan dengan ajaran Islam justru itu sangat dianjurkan karena akan mengingatkan kita akan jasa dan perjuangan beliau SAW, sekaligus menjadi salah satu bukti mengguratnya cinta kita kepada beliau SAW.
Bahtsul Masa’il
Setelah melaksanakan haji, dan pulang ke rumah, biasanya jamaah haji mengadakan syukuran atau biasa disebut walimatul hajj, apakah itu ada dasarnya?
Jawab: Setelah sampai ke rumah masing-masing, seorang jamaah haji disunahkan mengadakan tasyakuran yakni dengan menyembelih kambing, sapi atau unta sebagaimana hadits Nabi dalam Shahih Bukhari : 2859. Meskipun dilaksanakan sebelum haji, pada hakikatnya ialah sama. (Fiqh Tradisional: KH. Muhyiddin Abdushshomad)
“Ya Allah, hambaMu ini sangat merindukan bertemu denganMu. Oleh sebab itu, berikan kepada kami jalan untuk dapat memandang kepada zatMu yang mulia itu.”
(Doa Rasulullah SAW)
Beliau menuntut ilmu ke wilayah timur Jawa Tengah di Pondok Al-Anwar, di daerah Sarang, Rembang selama sembilan tahun sampai Madrasah Aliyah. Habib pindah ke Malang di Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyah selama ±2 tahun. Kemudian beliau melanjutkan ke Darul Musthofa Aidid di Hadramaut, Yaman selama 3,5 tahun. Ilmu Nahwu/alat dan Fiqih beliau dapatkan di Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang. Sementara pelajaran Tasawuf beliau dapatkan di Darul Hadits, Malang. Kematangan berdakwah beliau peroleh dari Darul Mustafa, Tarim Hadramaut. Pengalaman dakwah beliau yaitu memegang tiga majelis ta’lim selain di Giren, diantaranya di Surodadi, Pesarean, dan Banjaran. Beliau mempunyai pengalaman berorganisasi menjadi ketua pelajar di Sarang, Malang, dan Darul Musthofa.
Guru-guru besar beliau adalah KH. Maemun Zubair Dahlan, Habib Umar bin Hafidz Bin Syekh Abubakar, Habib Abdul Qodir bin Abdullah Bilfaqih, Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, Habib Muhammad bin Abdullah Bilfaqih, KH. Ahmad Sa’idi, dan KH. Muhammad Chasani Sa’idi. Kegiatan rutin bulanan dan tahunan Habib Soleh bin Ali Alattas yaitu ke pelosok-pelosok daerah (Bandung, Bekasi, Pontianak, dan sebagian daerah Jateng). Majelis Ta’lim Wa Ratib Nurul Hidayah yang diasuh beliau awalnya merupakan majelis pembacaan ratib yang diikuti oleh beberapa gelintir orang saja. Namun kini jamaahnya berjumlah sekitar + 250 orang dan bertambah seiring berjalannya waktu. moga kita diberikan berkah dan rahmat dari Allah SWT atas setiap ilmu dan bimbingan yang beliau berikan kepada kita. Amin Ya Rabbal Alamin...
MUTIARA HIKMAH
KHULAFAUR RASYIDIN
· Khalifah Abu Bakar r.a. berkata:
“Ada tiga perkara, tidak akan diperoleh kecuali dengan tiga perkara: kekayaan dengan usaha keras, pemuda dengan perjuangan tinggi, dan kesembuhan dengan berobat”
· Khalifah Umar bin Khattab r.a. berkata:
“Cinta kepada seseorang adalah sebagian dari tanda berakal, berkasih sayang kepada sesama manusia adalah satu sedekah, pertanyaan yang baik adalah sebagian dari ilmu, pandai berencana adalah sebagian dari penghidupan.”
· Khalifah Utsman bin Affan r.a. berkata:
“Orang yang tidak terpengaruh dengan gemerlapnya dunia, ia termasuk orang yang dicintai Allah. Dan orang yang menghindari perbuatan dosa, ia akan dicintai para malaikat. Dan barangsiapa yang selalu memperbaiki hubungannya dengan sesama muslim, pasti ia dicintai oleh kaum muslimin”
· Khalifah Ali bin Abi Tholib r.a. berkata:
“Sesungguhnya betapa banyak nikmat di dunia ini tetapi cukuplah islam itu menjadi nikmat yang paling besar. Sesungguhnya banyak kesibukan tetapi jadikanlah taat menjadi kesibukan yang utama. Sesungguhnya banyak yang dapat diambil teladan dalam hidup ini, tetapi mati adalah ibarat dari contoh yang paling baik”
Redaksi
Majelis Ta’lim
Nurul Hidayah
Pembina
Habib Soleh bin Ali Alatas
Pemimpin Redaksi
Alyan Fatwa
Editor
Ustadz Muslih
Redaktur
Khanan
Zia Ul Haq
Muammar Habibi
Heri Kiswanto
Azis Salato
CONTACT PERSON
Email
mt_nurulhidayah@yahoo.com
mt_nurulhidayah @yahogroups.com
Telepon/ HP
0283-445179 / 081519858987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar